Rabu, 21 Desember 2011

tanaman varietas


TANAMAN VARIETAS


1.      RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)
a.      Klasifikasi
Kingdom            :   Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom     :   Tracheobionta (Tumbuhan berpembulu)
Super Divisi       :   Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                  :   Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                  :   Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas          :   Rosidae
Ordo                  :   Sapindales
Famili                 :   Sapindaceae
Genus                 :   Nephelium
Spesies               :   Nephelium lappaceum L.

b.      Ciri Morfologi
Pohon hijau abadi, menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat Celsius), tinggi dapat mencapai 8m namun biasanya tajuknya melebar hingga jari-jari 4m. Daun majemuk menyirip dengan anak daun 5 hingga 9, berbentuk bulat telur, dengan variasi tergantung umur, posisi pada pohon, dan ras lokal.
Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh ketersediaan air. Setelah masa berbuah selesai, pohon rambutan akan merona (flushing) menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini sangat jelas teramati dengan warna pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun muda. Pertumbuhan ini akan berhenti ketika ketersediaan air terbatas dan tumbuhan beristirahat tumbuh.

Pembungaan dan bunga

Bunga banci rambutan.
Tumbuhan ini menghasilkan bunga setelah tujuh tahun jika ditanam dari biji, namun pada usia 2 tahun sudah dapat berbunga jika diperbanyak secara vegetatif. Rambutan berumah dua, tetapi bersifat androdioecious, ada tumbuhan penghasil bunga jantan saja dan tumbuhan penghasil bunga banci. Tumbuhan jantan tidak pernah menghasilkan buah.
Pembungaan rambutan dipengaruhi oleh musim atau ketersediaan air. Masa kering tiga bulan menghentikan pertumbuhan vegetatif dan merangsang pembentukan bunga. Di daerah Sumatera bagian utara, yang tidak mengenal musim kemarau rambutan dapat menghasilkan buah dua kali dalam setahun. Di tempat lain, bunga muncul biasanya setelah masa kering 3 bulan (di Jawa dan Kalimantan biasanya pada bulan Oktober dan November).
Bunga majemuk, tersusun dalam karangan, dengan ukuran satuan bunga berdiameter 5 mm atau bahkan lebih kecil. Bunga jantan tidak menghasilkan putik. Tumbuhan banci yang baru berbunga biasanya menghasilkan bunga jantan, baru kemudian diikuti dengan bunga dengan alat betina (putik). Bunga banci (hermafrodit) memiliki benang sari yang fungsional dan memiliki dua bakal buah, meskipun jika terjadi pembuahan hanya satu yang biasanya berkembang hingga matang, sementara yang lainnya tereduksi. Penyerbukan dilakukan oleh berbagai jenis lebah, namun yang paling sering hadir adalah Trigona, lebah kecil tanpa sengat berukuran sebesar lalat. Di berbagai apiari, bunga rambutan juga menjadi sumber utama nektar bagi lebah peliharaan.

Buah

Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki "rambut" di bagian luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi "daging". Bagian buah yang dimakan, "daging buah", sebenarnya adalah salut biji atau aril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas ("rambutan ace"/ngelotok).
Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena biasanya rambutan sangat banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan musiman, buah masak pada bulan Maret hingga Mei, dikenal sebagai "musim rambutan". Masanya biasanya bersamaan dengan buah musiman lain, seperti durian dan mangga.
c.       Profil
Asal usul rambutan. Tanaman ini diduga berasal dari daerah tropis mungkin Malaysia atau Indonesia, yang kemudian menyebar sampai ke China (Yunnan dan Hainan). Asal kata rambutan Istilah rambutan diperoleh dari bahasa Melayu kata ” rambut”, yang artinya mengurai. Buahnya beraneka bentuk ada yang bulat, oval dengan warna yang menarik seperti, merah, oranye, merah muda, atau kuning.
Rambutan (Nephelii lappacei) banyak ditanam sebagai pohon buah, terkadang ditemukan sebagai tumbuhan liar, terutama di luar Jawa. Tumbuhan tropis ini memerlukan iklim lembab dengan curah hujan tahunan paling sedikit 2000 mm. rambutan merupakan tanaman dataran rendah hingga ketinggian 300-600 mdpl. Biasanya tumbuhan ini tingginya antara 15-25 m, bercabang-cabang, dan daunnya berwarna hijau. Buah bentuknya bulat lonjong, panjang 3-5 cm dengan duri temple (rambut) lemas sampai kaku.Kulit buah berwarna hijau, dan menjadi kuning atau merah kalau sudah masak. Dinding buah tebal. Biji berbentuk elips, terbungkus daging buah berwarna putih transparan yang dapat dimakan dan banyak mengandung air.
Rasanya bervariasi dari masam sampai manis. Kulit biji tipis berkayu. Umumnya rambutan berbunga pada akhir musim kemarau dan membentuk buah pada musim hujan, sekitar November sampai Februari. Rambutan juga mempunyai banyak jenis di antaranya Ropiah, Si Macan, Si Nyonya, Lebak Bulus dan Binjei. Perbanyakan melalui biji, tempelan tunas, dan mencangkok.
d.      Nama Daerah
Indonesia      : Rambutan
Bugis            : Rambutang
Maluku         : Rambuta
Kalimantan   : Siban

e.       Cara Bercocok Tanam
Perbanyakan tanaman: Tanaman diperbanyak dengan okulasi. Perbanyakan dengan susuan dan cangkok jarang dilakukan karena kurang efisien. Sebagai batang bawah digunakan bibit semai dari varietas sinyonya (tidak ngelotok). Umur batang bawah yang dapat diokulasi seldtar 6-8 bulan. Untuk mata tempel, diambil dari cabang tanaman rambutan varietas unggul yang daunnya mulai menua, tetapi belum tua benar. Biasanya pada cabang tersebut mata tempelnya masih tidur. Untuk mempercepat mata tempel mulai bangun (matanya menonjol), dilakukan perompesan daun dari cabang entres yang akan digunakan sebagai sumber mata tempel antara 2-3 minggu sebelum cabang dipotong. Biji rambutan adalah monoembrional sehingga semai generatif dari varietas sinyonya yang digunakan untuk batang bawah pengaruhnya bervariasi terhadap batang atas. Sifat tanaman rambutan adalah heterozigot dan menyerbuk silang. Budi daya tanaman: Setelah lahan diolah, dibuat lubang tanaman ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Pupuk kandang yang digunakan adalah 40 kg/lubang tanam. Jarak tanam 10 m x 12 m atau 12 m x 12 m, tergantung pada kondisi lahan. Pada lahan miring, jarak tanam lebih rapat. Pada lahan gambut atau lahan masam dengan pH kurang dari 5, perlu ditambahkan kapur mati atau abu dapur. Bibit ditanam di lahan setelah tingginya lebih dari 75 cm, yakni berumur lebih dari delapan bulan. Pupuk buatan berupa campuran urea, TSP atau SP-36, dan KCI, dengan perbandingan 2 : 2: 1 diberikan sebanyak 50-250 gram per tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dengan selang empat bulan sekali. Sesudah tanaman berumur lebih dari sepuluh tahun, dapat diberi pupuk NPK hingga 500-1.000 g per pohon.

f.       Nama Penyakit dan Hama
1.      Hama pada Daun
Hama tanaman rambutan berupa serangga seperti semut, kutu, kepik, kalong dan bajing serta hama lainnya seperti, keberadaan serangga ini dipengaruhi oleh lingkungan baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Misal:
a)      Ulat pengerek buah (Dichocricic punetiferalis)
Binatang ini membuat buah berwarna kecoklat-coklatan dengan ciri-ciri buah menjadi kering dan berwarna hitam.
b)      Ulat pengerek batang (Indrabela sp)
Binatang ini membuat kulit kayu dan mampu membuat lubang sepanjang 30 cm.
c)      Ulat pemakan daun (Ploneta diducta/ ulat keket)
Binatang ini memakan daun-daun terutama pada musim kemarau.
d)     Ulat Jengkal (Berta chrysolineate)
Binatang ini pemakan daun muda sehingga pinggiran menjadi kering, keriting berwarna coklat kuning.

2.      Penyakit
Penyakit tanaman rambutan umumnya disebabkan oleh:
a)      Ganggang (Cjhephaleusos sp)
Pada umunya organisme ini menyerang daun tua dan muncul pada musim hujan dengan ciri-ciri adanya bercak-bercak kecil di bagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan sporanya.
b)      Ganggang Chaphaleuros kesimbose dengan lumut kerak (Lichen)
Organisme ini dapat dijumpai pada daun dan batang rambutan, yang nampak seperti panu sehingga ranting yang diserang dapat mati.
c)      Jamur (Rigidoporus Lignosus)
Jamur ini menyerang dengan tanda rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar yang kena jamur ini dikupas akan nampak berwarna kecoklatan.

g.      Cara Penaggulangannya
Guna mencegah kemungkinan tumbuhnya penyakit atau hama karena kondisi cuaca/hewan-hewan perusak maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida umunya dilakukan antara 15-20 hari sebelum panen dan juga apabila kelembaban udara terlalu tinggi akan tumbuh cendawan, apabila musim penghujan mulai tiba perlu disemprot fungisida beberapa kali selama musim hujan pestisida dan insektisida.  Dalam menghadapi hama dan penyakit, perlu diperhatikan bahwa pestisida yang digunakan jangan sampai membunuh serangga yang membantu penyerbukan.